EVALUASI KURIKULUM : PENGERTIAN, KEPENTINGAN DAN MASALAH YANG DIHADAPI

 Zulharman

PENDAHULUAN                    

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tulisan ini akan membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan  evaluasi kurikulum.  

ISI

A.            Pengertian Evaluasi Kurikulum            

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang  suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi  dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.1,2,3Sedangkan  pengertian kurikulum adalah :4

a.       Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional);

b.      Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang  digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan  kegiatan pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.).

c.       Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa);

d.      Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai;e.       Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. 

Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.

Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru.1,2,3

Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan kurikulum tersebut.5 

B.     Pentingnya Evaluasi Kurikulum

Penulis setuju dengan pentingnya dilakukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi  kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan  apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka  penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah. 1,2,3

Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area – area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga dapat  menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif. 5        

C.     Masalah dalam Evaluasi KurikulumNorman dan Schmidt 2002 mengemukakan ada beberapa kesulitan dalam penerapan evaluasi kurikulum , yaitu : 6

  1. Kesulitan dalam pengukuran
  2. Kesulitan dalan penerapan randomisasi dan double blind
  3. Kesulitan dalam menstandarkan  intervensi dalam pendidikan.
  4. Pengaruh intervensi dalam pendidikan mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sehingga pengaruh intervensi tersebut seakan-akan lemah.

Penulis mencoba menganalisa masalah yang dihadapi dalam melakukan evaluasi kurikulum, yaitu :

1.      Dasar teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemahDasar teori yang melatarbelakangi kurikulum lemah akan mempengaruhi evaluasi kurikulum tersebut. Ketidakcukupan teori dalam mendukung penjelasan terhadap hasil intervensi  suatu kurikulum yang dievaluasi akan membuat penelitian (evaluasi kurikulum) tidak baik. Teori akan membantu memahami kompleksitas lingkungan pendidikan yang akan dievaluasi. Contohnya Colliver mengkritisi bahwa Problem Based Learning (PBL) tidak cukup hanya menggunakan teori kontekstual learning untuk menjelaskan efektivitas PBL. Kritisi ini ditanggapi oleh Albanese dengan mengemukakan teori lain yang mendukung PBL yaitu, information-processing theory, complex learning, self determination theory. Schdmit membantah bahwa sebenarnya bukan teorinya yang lemah akan tetapi kesalahan terletak kepada peneliti tersebut dalam memahami dan menerapkan teori tersebut dalam penelitian. 7,8,9,10 

 2.      Intervensi pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan BlindedDalam penelitian pendidikan khususnya penelitian evaluasi kurikulum, ditemukan kesulitan dalam menerapkan metode blinded dalam melakukan intervensi pendidikan. Dengan tidak adanya blinded maka subjek penelitian mengetahui bahwa mereka mendapat intervensi atau perlakuan sehingga mereka akan melakukan dengan serius atau sungguh-sungguh. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan bias dalam penelitian evaluasi kurikulum. 7,8,9,10

3.      Kesulitan dalam melakukan randomisasiKesulitan melakukan penelitian evaluasi kurikulum dengan metode randomisasi dapat disebabkan karena subjek penelitian yang akan diteliti sedikit atau kemungkinan hanya institusi itu sendiri yang melakukannya. Apabila intervensi yang digunakan hanya pada institusi tersebut  maka timbul pertanyaan, “apakah mungkin mencari kelompok kontrol dan randomisasi?”. 7,8,9,10

4.      Kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan/kesulitan dalam menseragamkan intervensi.Dalam dunia pendidikan sulit sekali untuk menseragamkan sebuah perlakuan cotohnya penerapan PBL yang mana memiliki berbagai macam pola penerapan. Norman (2002) mengemukakan tidak ada dosis yang standar atau fixed dalam intervensi pedidikan. Hal ini berbeda untuk penelitian di biomed seperti pengaruh obat terhadap suatu penyakit, yang mana dapat ditentukan dosis yang fixed. Berbeda dengan penelitian evaluasi kurikulum misalnya pengaruh PBL terhadap kemamuan Self Directed Learning (SDL). Penerapan PBL di berbagai FK dapat bermacam-macam. Kemungkinan penerapan SDL dalam PBL di FK A 50 % , sedangkan di    FK B adalah 70 % , maka apabila mereka dijadikan subjek penelitian maka tentu saja pengaruh PBL terhadap SDL akan berbeda. 7,8,9,10 

5.      Masalah Etika penelitianMasalah etika penelitian merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Penerapan intervensi dengan metode blinded dalam penelitian pendidikan sering terhalang dengan isu etika. Secara etika intervensi tersebut harus dijelaskan kepada subjek penelitian sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Padahal apabila suatu intervensi diketahui oleh subjek penelitian maka ada kecendrungan subjek penelitian melakukan dengan sungguh-sungguh sehingga penelitian tidak berjalan secara alamiah.Pengaruh hasil penelitian terhadap institusi juga perlu dipertimbangkan. Adanya prediksi nantinya pengaruh hasil penelitian yang akan menentang kebijaksanaan institusi dapat mengkibatkan kadangkala peneliti menghindari resiko ini dengan cara menghilangkan salah satu variable dengan harapan hasil penelitian tidak akan menentang kebijaksanaan. 7,8,9,10

6.      Tidak adanya pure outcomeOutcome yang dihasilkan dari sebuah intervensi pendidikan seringkali tidak merupakan outcome murni dari intervensi tersebut. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor penganggu yang mana secara tidak langsung berhubungan dengan hasil penelitian. Postner dan Rudnitsky, 1994 juga mengemukakan dalam outcome based evaluation terdapat informasi mengenai main effect dan side effect sehingga kadangkala peneliti kesulitan membedakan atara main effect dan side effect ini. 7,8,9,10

7.      Kesulitan mencari alat ukurEvaluasi pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua bentuk evaluasi dapat dipakai untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi tentang tingkat keberhasilan pendidikan akan dapat dilihat apabila alat evaluasi yang digunakan sesuai dan dapat mengukur setiap tujuan. Alat ukur yang tidak relevan dapat mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat bahkan salah sama sekali. 7,8,9,10

8.      Penggunaan Perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembandingPostner mengemukakan ada lima perspektif dalam kurikulum yaitu traditional, experiential, Behavioral, structure of discipline dan constructivist. Masing-masing perspektif ini memiliki tujuannya masing-masing. Dalam melakukan evaluasi kurikulum kita harus mengetahui perspektif kurikulum yang akan dievaluasi dan perspektif kurikulum pembanding. Hal ini sering terlihat dalam evaluasi kurikulum dengan menggunakan metode comparative outcome based yang bila tidak memperhatikan masalah ini akan melahirkan bias dalam evaluasi. Kurikulum dengan perspektif tradisional tentu saja berlainan dengan kurikulum yang memiliki perspektif konstruktivist. Contoh kurikulum tradisional menekankan pada recall of knowledge sedangkan kurikulum konstruktivist menekankan pada konsep dasar dan ketrampilan berpikir. Apabila ada penelitian yang menghasilkan bahwa kurikulum tradisional di pendidikan dokter lebih baik dalam hal knowledge dibandingkan dengan PBL hal ini tentu saja dapat dimengerti karena perspektifnya berbeda. Penelitian yang menggunakan metode perbandingan kurikulum yang perspektifnya berbeda ini seringkali menjadi kritikan oleh para ahli. 5       

KESIMPULAN

Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang  kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian, karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Evaluasi kurikulum penting dilakukan dalam rangka  penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Ada banyak masalah dalam penerapan evaluasi kurikulum seperti dasar teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemah, intervensi pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan blinded, kesulitan dalam melakukan randomisasi, kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan, masalah etika penelitian, tidak adanya pure outcome, kesulitan mencari alat ukur dan penggunaan perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembanding. Oleh karena itu dengan memahami pengertian evaluasi kurikulum dan persamaan serta perbedaannya dengan  penelitian  diharapkan evaluasi kurikulum yang akan dibuat dapat menjadi valid, reliabel dan sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan tentang kurikulum tersebut.       

DAFTAR PUSTAKA

1.      Lindeman, M. (2007). Program Evaluation. [Internet]. Available from:    < ww.tedi.uq.edu.au/conferences/A_conf/papers/Isaacs.html >  Accessed 3 July 2007]. 

2.      Silver,  H. (2004). Evaluation Research in Education. [Internet]. Available from:   < outh.ac.uk/resined/evaluation/index.htm >                           [Accessed 3 July 2007]. 

3.      Trochim, W.M.K. (2006). Introduction to Evaluation. [Internet]. Available from:                               < http://www.socialresearchmethods.net/kb/intreval.php>   [Accessed 3 July 2007].

4.      Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan,(2003). Buku II –Kurikulum Program Studi.

5.      Posner, G.J., (2004). Analyzing The Curriculum. Mc Graw Hill. United States.

6.      Amin, Z.E., Eng, K.H., (2003). Basics in Medical Education, World Scientific, Singapore.

7.      Dolman, D.(2003). The effectiveness of PBL : the debate continous. Some concerns about the BEME movement. Medical Education 2003;37:1129-1130

8.      Farrow, R. The effectiveness of PBL: the debate continues. Is meta analysis helpful? Medical Education 2003;37:1131-1132

9.      Norman, G.R, Schdmidt H.G. Effectiveness of problem based learning curricula: theory, practice and paper darts. Medical Education 2000;34:721-728.

10.  Albanese, M. Problem based learning: why curricula are likely to show little effect on knowledge and clinical skills. Medical Education 2000;34:729-738.    

70 thoughts on “EVALUASI KURIKULUM : PENGERTIAN, KEPENTINGAN DAN MASALAH YANG DIHADAPI

  1. Hai..selamat ketemu (di blog lagi…)

    Gimana kabar kuliah? ..hmm kita2 juga kemaren buka blog med edu tapi mandeg..he..he..

    Hmm salut ama tulisannya…
    gimana kabar temen2 lain ya dr.Zul?…

    Salam…

  2. @ dr. Eni
    Kuliah lagi libur, ini mau masuk semester 3, lagi mau nyusun thesis.
    O iya dr. Eni gimana kabar kuliah di negri seberang?
    Kalau ada artikel bolehlah menyumbang di blog ini.
    Kirim aja Ke : arman79id@yahoo.com
    Teman yang lain jarang ketemu , yang ngak lancar cuma beasiswanya 🙂

    Salam

  3. ayo om zul, tulis terus ! yang begini ini untuk pencerahan bagi kepalaku yang sedang puyeng, mencari sumber di toko buku jarang ada, kadang-kadang sudah seharusnya di update atau masuk museum tapi masiiih aja dijual…. kesian deh aku he he he, constructivism its o ye. . . ya nggak ?

  4. aq la pusing nih nyari tugas kuliah..tlg ya kalau tahu tentang pengertian strategi dan model pembelajaran dan perbedaanya. berbagi ilmu ya ?sebelumnya makasih banget!

  5. duh sebenernya bingung banget neh sama pengertian kurikulum dan aplikasinya di Indonesia….mana sebage calon guru harus tau lagi dan tugas tugas semua berhubngan dengan kurikulum.duhhhhhh bantuin kerjain tugas yahhbtw makasih ya atas tulisan ini yang jadi bahan buat gw

  6. kasi tw lbih bnyk lg materi2 ttg evaluasi kurikulum dunk..cz ne tugas dr dosen..n harus kumpul minggudpn..plzzz,,kasi tw dunk..

  7. @sibermedik
    Sekarang ini KIPDI II telah diganti dengan kurikulum pendidikan dokter yang di namakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), tapi KBK ini kadang-kadang ada yang menyebutnya dengan KIPDI III (sebaiknya pakai istilah KBK saja). Kurikulum baru ini disusun berdasarkan standar kompetensi dokter Indonesia.

  8. Bang aq bngung neh…Kra2 kekurangan dan kelebiHan dari kurikulum ya da di negara qt itU apa ya?Tlng jelsin,thank’s

  9. bos, walau kita punya alat evaluasi yang bagus namun tidak didukung dengan kebijakan yang bagus ya sama aj bohong….selama ini kebijakan masalah pendidikan masih terkesan kurang bisa dirasakan membantu pendidikan di daerah-daerah….liat aja kurikulum di KTSP dikotaku lom ad yang pakek,soalnya mereka masih pada bingung,KBK lom kelar,lom bs dihitung untung ruginya niy malah dah ganti kebijakan lg……

  10. @agung indra
    Saya setuju dengan pendapat Mas Agung. Saya berpendapat agar kebijakan di bidang pendidikan ini stabil harusnya dijauhkan dari politik dan keuangan. Biarpun pergantian pemimpin harusnya kebijaksanaan diteruskan dahulu. Biarpun BBM naik kebijakan pendidikan harus stabil, dana pendidikan harus tetap 20 % walaupun harga minyak dunia naik.

  11. @mursalin hasan
    Kegunaan kurikulum ibarat rel kereta api. Jadi kurikulum itu memberi arah agar pembelajaran sesuai yang diharapkan.Jika kurikulumnya meleot-leot maka jalannya pembelajaran akan tergelincir bahkan bisa terjungkal ke luar jalur 🙂

    Kurikulum memang perlu dievaluasi dan bila tidak sesuai lagi maka perlu direvisi.

  12. rin mu nanya apa sih pengaruh penerapan tp(teknlogi pendidikan)dalam organisasi kurikulum.tlg bls yang coz neh tugas kul yang rumit banget…thanks atas kesediaannya.

  13. gmn sih mengkonversi beban kredit poin 12 sks pd kurikulum lama ke kurikulum baru (KBK) ini, utamanya bagi seorg tutor ato instruktur yang notabene ga memberikan kuliah pakar????????????mohon jawabannya………..

  14. gmn sih mengkonversi beban kredit poin 12 sks pd kurikulum lama ke kurikulum baru (KBK) ini, utamanya bagi seorg tutor ato instruktur yang notabene ga memberikan kuliah pakar????????????mohon jawabannya………

  15. Mr Onye
    macro kurikulum adalah rancangan kurikulum dalam tingkat umum, yang nampak pada pete kurikulum yang di dalam kur FK berisi tema-tema blok dan lamanya satu blok, dan jadwal ujian.

    Mikrokurikulum merupakan penjabaran secara detil rancangan pembelajaran dan evaluasi dalam satu blok.

  16. artikel dan informasi yang ada tersebut sangat bagus dan sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas kuliah pada mata kuliah kurikulum dan pembelajaran. klau bisa sich tolong jelaskan juga pengetian pembelajaran secara gamlang

  17. Terimkasih, anda sangat detil membahas tentang EVALUASI KURIKULUM.
    Saya sependapat. Ini sangat kompleks, tapi ini sangat penting untuk pengembangan pendidikan yang bermutu di negara kita tercinta.

  18. Halo bung Zul

    Saya orang Riau yang lagi mendalami ilmu pengembangan kurikulum di upi Bandung
    saya ingin mendapatkan contoh2 dari penerapan definisi kurikulum seperti yang anda
    kemukakan.

    Saya ingin juga bertanya kenapa anda sebagai seorang dokter juga menulis tentang
    kurikulum

    Sekian

  19. @Nursal
    Hallo juga Bang Nursal

    Definisi kurikulum di atas banyak saya dapatkan dari buku-buku tentang kurikulum yang dikarang oleh Prof ahli kurikulum di Indonesia, kalau ngak salah juduknya tentang penelitian dan evaluasi kurikulum.

    Saya sebenarnya SENTER (dosen sekaligus dokter) yang dapat tugas mengikuti s2 tentang pengembangan kurikulum, proses belajar,penilaian, evaluasi dan pengembangan staf serta manajemen fakultas khususnya di Fakultas kedokteran, jadinya ya banyak membahas kurikulum.

  20. Hai Pak Senter…
    Salut deh…dokter n dosen…mantap ah pak tulisannya, thanks ya, bermanfaat buat jawab UTS EV. Kur neh….

  21. thanks..pak, atas tulisannya, cukup membantu untuk bahan kuliah hari ini…ini oenaknya internet bisa serba cepat,he,he…salam kenal (Mahasiswa S2 Tek.Pendidikan-UNP 2009)

  22. knapa sih kulumkulum di indonesia slalu brubah,tapi pendidikan nya gak bereda dari kurikulum2 yag lalu…

  23. Mas Zul, tolong bantu ya, buku apa yang membahas tentang evaluasi terhadap kemampuan guru dalam merangcang perangkat pembelajaran ( silabus dan RPP ) trims Mas Zul.

  24. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa); dalam hal ini untuk penyamaan presepsi penyajian materi tetapi sering dipengaruhi oleh politik dan untung ruginya penyelengaaraan secara individu.
    Kurikulum pendidikan juga tidak harus disamakan semua daerah tetapi harus mempunyai regulasi dalam proses pemberian perijinan karena antara daerah tertinggal dan daerah yang tealah maju sangat beda bagai langit dan bumi, misalnya di Nusa tenggara Timur yang terdiri dari pulau-pulau yang sekarang banyak dimekarkan menjadi daerah otenom kabupaten yang membutuhkan sdm yang baik sehingga kalau bisa injinkanlah beberapa universitas diwilayah tersebut untuk membuka kelas dikabupaten yang ada untuk menjawab persoalan sdm daerah otonom tersebut dengan mengikuti kirikulum yang telah dibakukan.

  25. Ping balik: Berbagai Definisi Tentang Kurikulum « goeroendeso

  26. Ping balik: Pengertian kurikulum « Primawanunm's Blog

  27. @Riki
    Monev KBK akan kita adakan awal 2011 bersamaan dengan pelaksanaan PHK PKPD Pak. Kita akan dibimbing oleh TA dari FK UGM. Terimakasih

  28. salam…. syukran atas makalahnya… ini sangat membantu saya untuk tambah- tmbah pembahasan….
    sekali lagi syukran…

  29. syukron tas makalah nya. ini sangat membantu ana dalam pembuatan makalah……..

  30. mas zul… bantuan lah saya mencari tentang perbedaan evaluasi dengan penelitian, katanya ada 12 point, tp udah di cari2 di internet jg belum dapet… tolonglah buat bahan kuliah.. pada mata kuliah evaluasi program pembelajaran… mana tau mas zul ada menemukan baik itu berupa jurnal atau tulisan2 lainnya. thank u.

  31. Setuju yang dikemukakan oleh penulis bahwa dalam melaksankan evaluasi kurikulum sering mengalami kesulitan dan kendala. Adapun penyebabnya diantaranya, teori yang digunakan untuk mengukur ketercapaian kurikulum yang diharapkan masih kurang kuat, standar pengukuran yang diharapkan juga belum jelas, ditambah lagi banyak intervensi yang mempengaruhi keaslian fakta yang diharpkan. sehingga tujuan dari evaluasi kurikulum itu sendiri seakan tidak menggambarkan dan memberi data faktual yang bisa dijadikan pedoman pengembangan dan koreksi diri.

  32. Ping balik: 134 Pengertian Kurikulum | #Lucky Smile

  33. Ping balik: kurikulum pendidikan |

  34. Ping balik: KURIKULUM | JIMI HARIANTO.M.Pd.I

Tinggalkan komentar